Advertise here
13 Views

Kawasan Asia Tenggara semakin menarik perhatian perusahaan karena stabilitasnya yang relatif terjaga, lokasi geografis yang strategis, dan melimpahnya talenta di wilayah ini. Hal-hal tersebut menjadikan Asia Tenggara pilihan ideal untuk mendiversifikasi rantai pasok, kata Jason Rekate, Co-Head Corporate Banking di Citi.

Menurut Rekate, Asia Tenggara kini menjadi target yang sangat menarik. Aktivitas klien di bank tersebut menunjukkan peningkatan dua digit sepanjang tahun ini di berbagai koridor perdagangan ASEAN dengan pasar internasional.

Selama tiga kuartal pertama 2024, aktivitas perdagangan antara Taiwan dan ASEAN naik 20 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, interaksi antara India dan ASEAN meningkat 30 persen, dan hubungan perdagangan Jepang-ASEAN tumbuh 15 persen.

“Kami melihat perubahan besar, tidak hanya karena pasar-pasar ini menarik, tetapi juga karena mereka menawarkan lokasi baru untuk diversifikasi rantai pasok dan manufaktur,” kata Jason Rekate dalam wawancara dengan The Business Times.

Menurutnya, ketegangan global telah mendorong perusahaan multinasional untuk memperluas diversifikasi mereka.

Selain itu, menurut Rekate, langkah ini juga merupakan bagian dari “pertimbangan bisnis yang praktis dan rasional” agar tidak sepenuhnya bergantung pada satu lokasi saja.

Rekate menambahkan bahwa perusahaan multinasional besar tidak ingin sepenuhnya bergantung pada satu pasar untuk memproduksi semua kebutuhan mereka. “Itu adalah pelajaran yang kami dapatkan selama Covid,” ujarnya.

Asia Tenggara menjadi pilihan menonjol secara global karena sebagian besar ekonomi di kawasan ini telah mengambil langkah untuk mendorong pembangunan infrastruktur guna mendukung minat tersebut.

“(Perusahaan-perusahaan ini) tertarik pada lokasi baru, tetapi mereka membutuhkan tempat yang mampu mendukung mereka, baik dari kemudahan pengurusan izin maupun infrastruktur,” tambahnya.

Salah satu aspek utama dalam pengembangan infrastruktur adalah akses terhadap sumber energi yang konsisten, andal, dan berkelanjutan. Hal ini menjadi faktor penting, terutama karena pusat data kini menjadi topik hangat di kalangan klien global, ujar Rekate.

Selain itu, Asia Tenggara memiliki akses logistik yang baik melalui jalur pelayaran ke Amerika Utara, Amerika Latin, dan berbagai wilayah di Asia.

“Fakta bahwa banyak negara secara bersamaan (menggeser rantai pasok mereka) menciptakan efek sinergis, karena banyak orang kini mulai melihat kawasan ini secara lebih menyeluruh,” jelasnya.

Menurut Rekate, Indonesia menjadi lokasi yang menarik untuk sektor logam, Malaysia mendukung pengembangan kawasan industri, dan Vietnam sudah lama dikenal sebagai pusat manufaktur teknologi.

Sementara itu, perekonomian maju dan lingkungan regulasi yang kuat di Singapura menjadikannya lokasi utama bagi perusahaan multinasional untuk mendirikan kantor pusat regional.

“Singapura kini menjadi salah satu tempat yang sangat penting di dunia, berkat konsentrasi keahlian, teknologi, dan regulasi yang kuat,” ujarnya.

Peluang di Asia Tenggara

Rekate mencatat bahwa klien Citi di sektor jasa keuangan, fintech, dan pelayaran umumnya memandang Singapura sebagai tempat yang baik untuk memulai.

Selain itu, sejumlah perusahaan industri yang beroperasi di berbagai wilayah Asia juga tertarik bekerja di Singapura karena mereka menghargai efisiensi dan kerangka kerja yang transparan di negara tersebut.

Singapura menjadi lokasi ideal untuk mendirikan operasi manajemen kas dan treasury, terutama karena didukung oleh sumber daya talenta yang kuat serta keahlian teknologi yang mumpuni.

Citi juga melihat prospek yang kuat di sektor properti Singapura. Dengan adanya pemangkasan suku bunga, operator properti dan real estate investment trust (REIT) semakin aktif melakukan akuisisi karena dinilai mampu meningkatkan hasil investasi. Hal ini mendorong peningkatan aktivitas di pasar modal ekuitas maupun utang.

Di kawasan Asia Tenggara lainnya, Rekate mencatat aktivitas yang signifikan di sektor teknologi dan otomotif. Klien-kliennya mulai berpikir lebih kreatif mengenai lokasi produksi dan manufaktur mereka di masa depan.

Saat ini, banyak perusahaan yang ingin memiliki akses ke pasar Amerika Serikat. Oleh karena itu, koridor investasi yang semakin berkembang adalah investasi keluar (outbound investment) yang mengarah ke AS, jelasnya.

Meski demikian, Rekate menegaskan bahwa klien tidak harus berada di Amerika Serikat secara fisik; mereka hanya perlu memiliki kemampuan untuk menjangkau bisnis dan konsumen di pasar AS.

Selain Asia Tenggara, Meksiko menjadi pilihan populer bagi klien karena aksesnya yang dekat ke pasar AS. Sementara itu, Brasil menonjol berkat sektor pertanian yang kuat serta kemampuannya mengekspor energi.

Beberapa koridor perdagangan dengan pertumbuhan tercepat untuk Citi melibatkan negara-negara yang menghubungkan Amerika Latin dan Asia, baik sebaliknya maupun searah. Pertumbuhan ini didorong oleh tren near-shoring dan investasi langsung asing.

Di sisi lain, kawasan Timur Tengah telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, berkat penciptaan modal dan meningkatnya outbound investment.

Ke depan, Rekate memperkirakan kawasan Asia Tenggara akan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan global.

Pemangkasan suku bunga AS diperkirakan akan menguntungkan peminjam dan investor, mengingat dolar AS memiliki dampak besar terhadap mata uang lainnya. “Saya menduga, ketika dolar AS menjadi lebih murah, hal ini akan mempermudah orang untuk mempertimbangkan peluang investasi,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa kondisi Asia Tenggara yang umumnya damai merupakan keuntungan, terutama jika dibandingkan dengan wilayah lain di dunia yang menghadapi tantangan dan ketidakstabilan.

Singapura dan negara-negara tetangganya di kawasan ini pandai mengelola hubungan dengan Timur maupun Barat, memberikan stabilitas yang, menurut Rekate, “sangat menarik” bagi investor.


Baca juga artikel lainnya terkait bisnis di sini.

(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris dengan kerja sama dari The Business Times. Isi di dalamnya telah diterjemahkan, dimodifikasi, dan diedit Septa Mellina sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights