Hai pembaca setia Tech in Asia Indonesia! Apakah kamu merasakan jika tahun 2024 ini sepi…
9 Views
Laporan Google, Temasek, dan Bain & Company berjudul e-Conomy SEA 2024 memperkirakan, sejumlah sektor baru (nascent) bakal diminati para investor di Asia Tenggara dalam kurun lima tahun ke depan. Solusi software-as-a-service (SaaS) disebut-sebut merupakan sektor yang paling digandrungi, dengan persentase minat mencapai 60 persen.
Selain SaaS, laporan itu menempatkan sektor teknologi kesehatan (healthtech) dan teknologi keuangan (fintech) pada urutan tiga teratas. Persentasenya masing-masing sebesar 50 persen.
Sedangkan, teknologi pendidikan (edtech) diramal bakal menjadi sektor yang kurang diminati hingga tahun 2030. Sebab, hanya 5 persen investor di Asia Tenggara yang berminat mendanai sektor tersebut.
Adapun, data yang dihimpun Tech in Asia dalam kurun 12 bulan terakhir hingga 15 Desember 2024 menunjukkan, mayoritas investasi yang mengalir ke startup di Asia Tenggara masih menyasar ke sektor e-commerce. Nilainya mencapai US$1,96 miliar (Rp31,4 triliun).
Sektor fintech berada di posisi berikutnya lantaran meraih modal sebesar US$1,68 miliar (Rp26,9 triliun). Kemudian, startup yang menawarkan layanan keamanan siber (cyber security) meraih pendanaan sebesar US$1,63 miliar (Rp26,19 triliun).
Sedangkan, SaaS berada di posisi kelima setelah startup penyedia perangkat keras (hardware). Pendanaan yang diraih oleh startup di sektor tersebut mencapai US$36 juta (Rp578,4 miliar).
Khusus di Indonesia, Tech in Asia mencatat, jumlah investasi startup SaaS sebanyak 15 kesepakatan dengan nilai US$62,15 juta (Rp986,7 miliar) sepanjang 2024 hingga 28 November. Sejumlah investor mengaku optimistis bahwa sektor SaaS memiliki peluang besar dalam beberapa tahun mendatang.
Simak pembahasan lebih lengkap mengenai SaaS dan sektor lainnya yang paling banyak dilirik investor pada 2025-2030 dalam artikel berikut ini: Apakah startup SaaS akan jadi primadona pada 2025?
Mengapa ini penting?
Data ini dapat memberikan wawasan untuk memahami sektor yang paling berpeluang dilirik investor di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang. Ini akan membantu para founder startup menentukan area vertikal bisnis yang memiliki potensi pendanaan tinggi untuk memaksimalkan peluang, baik lewat ekspansi maupun kolaborasi.
Sementara, data ini dapat menjadi rujukan bagi investor dalam mengidentifikasi vertikal dengan proyeksi pertumbuhan tinggi dan potensi pengembalian investasi (return on investment/ROI) yang optimal. Apabila SaaS diproyeksi menjadi tren, investor bisa mengalokasikan lebih banyak dana bagi startup yang berfokus di sektor ini dengan pertimbangan matang.
Di sisi lain, regulator dapat memetakan vertikal startup strategis yang memerlukan dukungan regulasi untuk percepatan pertumbuhan. Dengan demikian, mampu menciptakan multiplier effect kepada perekonomian nasional.
Gali lebih dalam informasi lainnya di sini:
- Pasar SaaS di Indonesia diproyeksi hampir Rp10 T pada 2027
- Tantangan startup SaaS untuk keluar dari ‘jebakan’ freemium
- Data SaaS (Software-as-a-service) Indonesia: panduan lengkap
- Jalan berliku startup SaaS sasar pasar UMKM di Indonesia
- Siasat profit para pemain SaaS, peta persaingan BNPL, dan lainnya
Baca artikel lain seputar industri SaaS di sini
Kurs US$ 1= Rp16,068
(Diedit oleh Dimas Jarot Bayu)